MULUTMU, HARIMAUMU-CERPEN

k;

MULUTMU, HARIMAUMU
(Oleh : Nabila Rahmayanti)
Akhir – akhir ini aku merasa kesal, enggak tau kenapa ?, tubuh ku ini serasa lemas, letih, lesu dan tak berdaya . Yaa… maklum lah kini aku telah duduk di bangku kelas 9 SMP. Bimbel, tugas, try out ,ujian menghampiri ku bertubi –tubi dan tanpa henti. Bagaikan air yang terus mengalir di sungai yang deras. Oh ya belum lagi kalo ada remidi, “huuuft…..”.Aku menghela nafas panjang berharap tuk bisa menyelesaikan nya dengan kuat dan tabah. Namun aku mencoba tuk tidak mempermasalahkannya, aku berusaha menjalaninya dengan senang tanpa beban.


Kini aku tengah memikul beban berat di pundakku yaitu, aku harus sukses UN 2015-2016 dengan lulus UN dan mentargetkan danim 38,00 amin… Memang sangat berat tuk bisa membuktikan sebuah ucapan, apalagi jika diucapkan pada orang yang nggak konsisten-an, layaknya seperti aku. Tapi aku harus berusaha tuk tetap konsisten, karena aku tahu, sebuah kemauan walau setinggi apapun jika tidak ada pembuktian, ya.. percuma aja. Oleh karena itu aku berjuang keras di kelas 9 ini, sebab aku tidak mau menyesal di akhir cerita.
Seperti malam biasanya, aku sibuk dengan urusanku. Aku harus mempersiapkan materi yang akan aku pelajari esoknya. Banyak PR, tugas menghampiriku dan aku harus menyelesaikannya malam itu juga. Duuh…. Pusing banget. Oh ya… besok juga ada ulangan fisika. Aku bimbang harus apa dulu yang aku selesaikan. untuk belajar fisika aja, aku membutuhkan waktu yang berjam jam mana mungkin saja aku menyelesaikan materi fisika mala mini juga, mustahil banget rasanya.
“ Dek, sholat isya dulu baru di lanjutin belajarnya” tanya ibuku.
“duh…., iya buk sebentar lagi. Ini aku lagi belajar fisika, sulit banget materinya” jawabku.
“ Iya, tapi kan bisa di lanjutin setelah sholat isya dek, terus kamu juga bisa minta pertolongan pada Allah” ujar ibuku.
“ Oh… ya buk” jawabku, sambil menutup buku paket fisika.
Jarum waktu telah menunjukkan angka 23.00, namun aku masih sibuk dengan buku paket fisika. Aku masih belum sepenuhnya paham dengan materi fisika ini.
“ Dek, sudah tidur, tutup bukunya nanti kamu nggak bisa bangun pagi” tanya ibuku.
“ tapi buk, aku belum paham nih. Gimana ?” jawab ku sambil kebingungan.
“ Iya, kan bisa di lanjutin nanti pagi” ujar ibuku.
“Baik lah buk” jawabku .
Aku berniat memasang alaram tuk bisa bangun subuh nanti agar aku bisa melanjutin belajar fisika. namu semuanya tidak sesuai dengan perkiraanku, ternyata alaram yang telah aku persiapkan kemarin malam tidak bergetar sama sekali. Duh…jadi siap atau tidak siap aku harus mengikuti ulangan fisika itu.
Pagi ini aku akan menghadapi ulangan fisika ke 2. Yeepp… benar tepatnya tentang Rangkaian listrik. Waduh..materi ini adalah materi yang sangat menyebalkan bagiku. Bagaimana tidak, aku menganggap materi ini sangatlah sulit namun tampaknya pendapatku ini berbeda dengan pendapat sebagian temanku, mereka merasa confident aja. Mendengar pendapat temanku tadi, semakin membuat aku tidak percaya diri. Aku merasa ulangan ku kali ini remidi. Iya sih, walau aku belum lihat soalnya secara langsung tapi, aku sudah memiliki firasat buruk. Walau sebenarnya itu tidak baik, karena ucapan ku tadi seperti telah mendahului takdir Tuhan. Tapi a sudah-lah….
Saat aku mengerjakan ulangan fisika, aku merasa semua fikiran ku telah buntu, nggak tau kenapa aku tidak bisa mengerjakan butiran- butiran soal fisika, aku bingung apa yang harus ku lakukan. Dan aku teringat pada ucapan ku tadi tentang perkataan tidak bisa mengerjakan ulangan fisika. Dan ternyata memang benar. Dewi fortune tidak berada di pihak ku. Hasilnya sama seperti tebakkan ku tadi, aku harus remidi ulangan fisika, duh.. Aku males kalau remidi terus, padahal aku kan sudah belajar keras untuk ulangan fisika ini, tapi hasilnya kok masih begini aja sih.
Setelah selesai pelajaran, aku harus mengikuti pelajaran tambahan lagi tuk pemantapan SKL. Waduuh….. aku merasa keringatku ini banyak di peras, hati ku panas, belum lagi dengan urusan perut, yang semakin siang semakin gak karuan. hmmm…. Apalagi jadwalnya ini berurusan dengan pelajaran hitung -hitungan. Yeppp… benar sekali 100 % deh bagi yang menjawabnya, yaitu matematika. “ Tuhan berat banget sih beban ku ini , aku capek dengan semua ini?”. ujarku pada lubuk hati yang paling dalam. Dan hanya satu obat penawar agar aku tetap semangat dan tidak terpuruk yaitu, ucapan “konsisten”. Insyaallah aku akan menjaga konsisten ku ini. Aku akan menjaga ucapan konsisten di memory otak ku. Karena aku tidak mau frustasi atau menyerah di tengah perjalanan untuk menargetkan cita-cita ku ini, yang ingin sukses UN .Tiba –tiba Melda menghampiri bangku ku dan berkata
“ bil, jangan lupa, nanti ada try out di GO”.
“Okk, aku nggak lupa kok” ujarku padanya.
“Oh ya gimana persiapanmu bil, kamu belajar nggak ?” ujar Melda.
“Hmmm…. enggak, tenang kan ada kamu, hehehe…” jawab ku.
“ ihh…, gelem ta aku ?” ujar Melda.
Aku berkata,“ yaudah kalau kamu nggak mau nyontekin aku, nggak masalah, kan masih ada Dian”.
Jawab Melda,“ ih… kamu bil, teman baik, atau Cuma teman manfaat ?”.
Aku diam termangu mendengar ucapan dari Melda, yang secara diam – diam menyakitiku, dengan sindirannya. Namun tampaknya Melda tidak mengetahui, jika perkataannya menyayat hatiku. Setibanya selesai pemantapan SKL, aku meminta Dian tuk menemaniku pergi ke kamar mandi, dan aku meminta nya tuk menunggu ku sebentar. Di dalam kamar mandi berliter –liter air mata aku keluarkan. Aku kecewa dengan perkataan Melda tadi yang secara tidak langsung menyakitiku, aku heran kenapa Melda tidak bisa menjaga ucapannya, kenapa Melda tidak berfikir bahwa ucapannya melukai hati orang atau tidak . Kalu gini siapa yang dirugikan, ya jelas aku donk. Ketika aku keluar dari kamar mandi, aku ditanya pada Dian, ternyata aku masih meninggalkan jejak tangis di mata ku, dan
Dian bertanya, “ Ada apa bil, kamu habis nangis ya, emang kenapa?”
“ enggak papa kok Dian” ujarku.
Dan akhirnya aku mengaku pada Dian tentang masalah ku ini. Dan Dian menjawabnya bahwa, setiap masalah pasti ada hikmah nya bil, berati hikmah yang kita dapat adalah kita harus mengontrol emosi kita, agar setiap perkataan yang di lontarkan pada mulut kita tidak menyakitkan hati seseorang melainkan memotivasi diri seseorang. Dan aku mulai merenungkan perkataan Dian.
Saat pulang sekolah, aku dan teman teman menunggu mobil jemputan yaitu mobil Alphard warna biru yang berlambangkan D3 alias angkotan umum D3, hehehe…… Ini telah menjadi kebiasaan kami selama 2 tahun. Dan saat di dalam angkot kami selalu bercerita dengan teman – teman tentang pengalaman selama sekolah tadi.
“ Rekk, gimana sih maksudnya tugas seni budaya itu, aku nggak paham deh” tanyaku pada teman teman.
“ ya, kayak gitu wes” sahut Binar dengan judes
“ tapi aku nggak paham, binar” jawab ku dengan tegas
“ duh, gitu saja kamu nggak bisa, kamu itu sebenarnya nggak ngerti atau pura pura nggak ngerti seh bil” ucapnya dengan kasar
“ kamu kok gitu se, kalau nggak mau ngajarin aku ya nggak papa, aku nanti di rumah bisa mahamin sendiri” ucapku dengan lantang.
“ kamu kok jadi sewot sih bil” jawab Binar.
“ lah, kamu aku tanya ini jawabnya gitu” jawabku.
“ Aku ini males bicara, malah kamu suruh jelasin, nggak nyambungan lagi, aku mending kayak kemarin diam di angkot” ucap Binar.
“ yaudah kamu diam saja, kaya kemarin, nggak usang ngomong , biar nggak jelous” ucapku dengan kasar.
“Awas kamu ya, kamu nggak usah sapa aku lagi, sapa orang tua ku lagi dan nggak usah ke rumah ku lagi, males aku sama kamu” jawab Binar .
Dan aku diam termangu, aku menahan deraian air mata yang akan keluar dari mata ku, aku berfikir apakah perkataan ku tadi menyakiti hati Binar atau tidak, karena mengapa Binar bisa berkata seperti itu padaku. Dan untuk mendengar perkataan Binar tadi membuat hati ku merasa sedih, dan kecewa, mengapa Binar dapat berkata seperti itu di tempat umum. Dan saat itu lah hubungan ku dengan Binar menjadi tidak harmonis lagi, aku sebenarnya tidak ingin seperti itu namun karena sikapnya itu yang membuatku males untuk meminta maaf padanya.
Setelah sampai di rumah, aku memeluk bahu ibu ku, aku sudah tidak kuat lagi tuk menaggung semua masalah yang telah aku hadapi dan aku menceritakan semua kejadian yang aku alami hari ini. Mulai dari masalah ulangan fisika, masalah ku dengan Melda, dan terakhir masalah ku dengan Binar. Ibuku menasehatiku tuk tidak terambang dengan emosi yang menyesatkan ku dan merugikan bagi orang lain, ibuku menyuruhku tuk tidak menjadi anak yang pesimis dengan melontarkan suatu perkataan yang pesimis karena itu akan membuat ku semakin tidak percaya diri, dan akhirnya hasilnya pun tidak maksimal,
Dan untuk masalah aku dan Melda ibuku menasehatiku yaitu aku harus bisa mengontrol emosi ku, karena siapa tahu Melda tidak ada maksud tuk menyindir ku melainkan secara tidak langsung menasehatiku agar aku berjuang dengan usaha ku sendiri tanpa harus mencontek lewat sindirannya tadi.
Dan terakhir untuk masalah ku dengan binar yaitu ibuku menasehatiku agar kita jangan saling mempertahankan ego satu sama lain, dengan tanpa sadar kita mengucapkan sesuatu yang kasar kepada orang lain, karena sakit hati yang kita alami.
Dan aku pun memetik pelajaran berharga yang telah ibuku berikan pada ku yaitu tentang Pepatah “MULUTMU HARIMAUMU” yang mengajarkan kepada kita bahwa perkataan yang keluar dari mulut ini harus kita kendalikan. Jika tidak, perkataan itu menjadi berbahaya seperti harimau yang bisa menerkam balik kita. Mulut adalah media untuk mengartikulasikan segala sesuatu yang ada di dalam pikiran dan hati.
Oleh karena itu, pepatah ini ingin mengajarkan kepada kita untuk selalu mengendalikan mulut kita.
Esoknya aku mulai mengerjakan remidi fisika dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga, aku berharap nilaiku saat ini, dapat memuaskan diriku dan kedua orang tuaku. Aku ingin mereka bangga dengan apa yang aku capai walau itu hanya remidi, setidaknya aku sudah berusaha sekuat tenaga.
Setelah mengerjakan remidi fisika, aku bergegas menuju kelasku untuk mempersiapkan pelajaran nantinya, disana kulihat Melda sedang bercakap-cakap dengan teman temannya. Saat ini aku sudah tidak merasa sebal dengan Melda, aku sudah bisa menganggap bahwa perkataannya kemarin hanyalah gurauan saja
Awalnya kami sempat tidak meyapa satu sama lain. Aku yang merasa tidak tahan dengan kondisi ini, mencoba meminta maaf pada Binar, aku telah melupakan semua rasa dendamku padanya . Tak lama kemudian hubunganku dengannya kembali harmonis

SEKIAN ^.^

Tinggalkan komentar